Bakteri Pembersih Sungai



Pencemaran limbah industri di sungai-sungai di Indonesia yang sudah lumayan memprihatinkan. Di Jawa Barat saja, hampir semua sungai yang mengalir sudah tidak jernih lagi airnya (tercemar). Para pakar kesehatan meyakini bahwa air yang sudah melalui proses penjernihan pun tetap memiliki kandungan polutan. Walaupun sangat sedikit, kandungan polutan yang ada tetap dapat merusak proses metabolisme tubuh yang berujung pada tingkat intelektual, imunitas, reproduksi, hingga tingkat molekular genetika.


Lautan Indonesia sebagai jalur kapal tanker internasional pun rawan tercemar limbah minyak. Namun laut Indonesia juga memiliki mekanisme tersendiri untuk menetralisasi pencemaran. Laut Indonesia kaya mikroba pengunyah minyak yang mampu meremediasi kawasan tercemar.




Baru-baru ini telah ditemukannya cara baru dalam mengurangi limbah industri, salah satunya dengan menggunakan bakteri dan katalis. Bakteri seperti Geobacter, Marinobacter, Oceanobacter, Alcanivorax, Thalassospira Stappia, Bacillus, Novospingobium, Pseudomonas, Spingobium, dan Rhodobacter, dll, dan katalis seperti tetra-amido-macrocyclic ligand activators (TAML) menjadi solusi terbaik yang diambil untuk penguraikan limbah. Dengan adanya bakteri dan katalis ini, dapat mengurangi dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan yang telah semakin rusak akibat perindustrian.


1. Tetra-amido-macrocyclic ligand activators (TAML) si Pemakan Limbah

TAML yang bekerja bersama hidrogen peroksida (H2O2) mampu meniru kerja enzim tubuh manusia untuk mengurai toksin yang berbahaya seperti pestisida, pewarna tekstil, dan detergen. TAML juga mampu menurunkan tingkat polusi bau, menjernihkan air, hingga bersifat disinfektan dengan membunuh bakteri setingkat anthrax.


2. Geobacter, Bakteri Super Pemakan Uranium dengan Antena Nano

Geobacter dapat mengubah limbah uranium terlarut yang sangat berbahaya dan mencemari lingkungan, menjadi bentuk yang tidak berbahaya (tak larut) uraninite, sehingga mengendap di air tanah dan dapat dikumpulkan dengan mudah. Karena kemampuannya tersebut, bakteri ini dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk memulihkan lingkungan (bioremediasi) di daerah sekitar Tambang Rifle Mill, Colorado, Amerika Serikat.

3.Microbial Fuel Cell (Sel Bahan Bakar Mikroba)
Menciptakan kondisi alami, memicu peneliti menemukan suatu jenis bahan bakar baru, yaitu microbial fuel cell (sel bahan bakar mikroba). Semua jenis sel bahan bakar menghasilkan listrik, dengan memproduksi dan mengendalikan suatu arus elektron. Sel-sel konvensional, termasuk menggunakan pintalan dan dalam beberapa mobil prototipe, memperoleh elektron dengan melepaskan atom hidrogen. Dalam melakukan itu, sel-sel bahan bakar ini harus diberi persediaan hidrogen secara tetap. Sel bahan bakar mikroba memperoleh elektron dari limbah organik. Bakteri hidup dengan limbah sebagai bagian dari proses pencernaan mereka.

2 comments: